N untuk Belanda
Sangat aneh melihat aksi yang terpapar di Rusia 2018 tanpa getaran pria-pria berseragam oranye dan fans nya yang antusias.
Terutama dengan begitu panjangnya sejarah Belanda di Piala Dunia dimana negara tersebut mampu menjadi runner-up sebanyak tiga kali semenjak 1974, teranyar di tahun 2010 ketika mereka takluk dari tangan Spanyol 1-0 di babak extra time.
Mantan pemain City Nigel de Jong merupakan salah satu contoh yang ada di tubuh timnas Belanda.
Gelandang tersebut membuat kontribusi besar bagi City setelah pindah dari Hamburg pada Januari 2009, serta menjelma menjadi kekuatan di lini tengah City.
Selama tiga tahun bersama City, Nigel menjadi sosok vital yang membantu tim meraih gelar Premier League dan Piala FA disamping memastikan dirinya menjadi pemain kunci di timnas Belanda.
Akhirnya di partai final 2010 Afrika Selatan, de Jong dan timnas Belanda menikmati turnamen yang luar biasa, meski ia mengalami larangan bertanding di babak semifinal kontra Uruguay, ia kembali ke starting XI di laga final kontra Spanyol.
Laga ini harus dilanjutkan ke babak tambahan waktu setelah pertarungan di Johannesburg membuat wasti asal Inggris Howard Webb mengeluarkan 14 kartu kuning – sebuah rekor kartu terbanyak di partai final – serta mengusir Johnny Heitinga setelah memberi dua kartu kuning.
Paling terkenal adalah pelanggaran de Jong yang menerjang dada pemain Spanyol Xabi Alonso – Webb mengakui setelahnya bahwa jika saja ia mendapatkan sudut penilaian yang lebih ideal, ia akan memberikan kartu merah.
Laga final yang panas itu akhirnya diputuskan hasilnya oleh gol kemenangan Andres Iniesta di menit ke-116.
Empat tahun berselang, de Jong yang saat itu sudah pindah ke AC Milan – kembali masuk dalam skuat Piala Dunia Belanda. Kali ini di Brasil dimana Belanda maju hingga ke semifinal. Tetapi setelah menjadi pemain inti di tiga laga babak grup, ia menderita cedera di 16 besar kontra Meksiko dan divonis harus absen di sisa kompetisi.
Ajaibnya, de Jong mampu kembali tampl di babak semifinal dengan masuk sebagai pemain pengganti di menit ke-62, setelah laga berjalan imbang tanpa gol, akhirnya Argentina menang 4-2 di babak adu penalti dan maju ke final menantang Jerman yang di akhir kompetisi keluar sebagai juara.