‘They thought it was all over’… ‘Mereka pikir semuanya telah berakhir’, isi dari sebuah poster yang dibawa dan dibentangkan fans di Stadion Etihad sambil menyenandungkan ‘Hey Jude’ ketika peluti akhir berbunyi malam tersebut di awal bulan Mei 2012.
Menjadi sebuah ungkapan yang rasanya pas menggambarkan kemenangan salah satu derbi Manchester paling krusial dalam sejarah, kemenangan yang membuat kita menggusur rival sekota dari puncak klasemen, kemenangan yang menjadi salah satu kunci pembuka jalan kita menuju gelar Liga pertama setelah 44 tahun...
CITY+ | DAFTAR UNTUK AKSES KONTEN EKSKLUSIF
Sempat tertinggal delapan poin di satu titik musim dari Man United dalam perburuan gelar juara membuat perjalanan City di musim penuh sejarah terasa sangat berat dan mustahil.
Namun anak asuhan Roberto Mancini punya niatan lain dalam tekad mereka.
Memasuki pekan 35 musim 2011/12, sebuah pertanda baik seperti menunjukkan jalan bagi City yang berhasil membungkam Wolverhampton dua gol tanpa balas lewat gol-gol dari Sergio Aguero dan Samir Nasri.
Di sisi lain, United yang menjamu Everton di Old Trafford bermain sengit dan hanya berhasil meraih satu poin dalam drama delapan gol dengan skor akhir 4-4 melawan the Toffees.
Hasil ini membuat Kompany Cs hanya tertinggal tiga angka dari United di puncak yang mengoleksi 83 poin.
Dan ya, seperti layaknya sebuah takdir, kedua tim harus saling berhadapan berikutnya, laga yang akan menunjukkan pengejaran City adalah layak atau hanya menjadi angan belaka.
Menjelang pertandingan, perbincangan akan derbi terus menghangat. Menjadi bahasan media dunia, obrolan antar teman, sahabat dan keluarga.
Selain situasi yang mendekati akhir musim, kemenangan besar 1-6 City (salah satu yang terbesar dalam seajarah derbi!) pada pertemuan pertama di Old Trafford musim tersebut juga memberi sudut pembicaraan lain.
Namun Mancio, panggilan akrab Mancini, justru berusaha mengendalikan ekspektasi jelang pertandingan, karena kemenangan tersebut bukanlah patokan akan hasil serupa berikutnya.
“Derby ini selalu menjadi pertandingan yang ditunggu tahun ini, pada derby lalu kami berhasil menang 6-1 di Old Trafford. Tapi pertandingan tidak akan selalu berakhir sama,”
Terlebih, pada bulan Januari di tahun yang sama, City harus tersingkir di putaran ketiga Piala FA oleh United lewat pertarungan ketat 3-2 di mana City berupaya keras setelah tertinggal tiga gol lebih dulu.
Berbicara jelang pertandingan, pelatih asal Italia menunjukkan pemikiran realistis namun tetap menjaga keyakinan akan timnya.
“Saya rasa melihat dua pertandingan setelah ini, United tetap lebih diunggulkan (menjadi juara) meski kami memenangkan derbi besok.”
“Tapi dalam sepakbola segala hal bisa terjadi dan kita harus selalu menunggu hingga akhir musim”
Hari yang dinanti pun tiba.
City turun dengan seluruh skuad terbaiknya karena semua pemain fit dan tersedia bermain, termasuk Mario Balotelli yang baru saja lepas dari hukumanlarangan bermain setelah menerima kartu merah di laga melawan Arsenal.
Pemain memasuki lapangan, Etihad pun bergemuruh.
Barisan depan City diisi duo Argentina, Sergio Aguero dan Carlos Tevez. Lini tengah terdapat nama Yaya Toure, Gareth Barry, Samir Nasri dan legenda City asal Spanyol, David Silva.
Vincent Komany memimpin barisan pertahanan bersama dengan Joleon Lescott. Gael Clichy dan Pablo Zabaleta menjadi penyisir di dua sisi pertahanan yang juag pastinya membantu serangan.
Dan Joe Hart menjadi benteng terakhir andalan Mancini.
Menguasai bola di babak pertama, City tidak memberikan Setan Merah banyak kesempatan.
Sebuah kerjasama umpan pendek Gareth Barry dan Samir Nasri berhasil menusuk pertahanan United, namun sayang umpan ke tengah gelandang asal Prancis yang hendak diselesaikan dengan tendangan Aguero diantisipasi cepat oleh Rio Ferdinand.
Dari sepak pojok kedua beruntun, David Silva dengan cepat melambungkan bola ke tengah kotak pertahanan United. Vincent Kompany yang ikut naik ke depan seolah mendapat momentum tepat untuk melompat kemudian menanduk bola dengan sempurna ke dalam gawang.
Chris Smalling yang berada di depannya tidak dapat menggapai bola begitupun dengan David De Gea yang tak mampu berbuat banyak.
Di Injury time babak pertama itulah tercipta gegap gempita di Etihad, pembuka asa bagi seluruh fans yang hadir, dan juga pastinya selebrasi ikonik dalam perjalanan City yang dibuat oleh sang kapten!
Mendapat keunggulan sesaat sebelum jeda membuat babak kedua semakin menarik, meski United berusaha mencari gol penyeimbang, City juga tetaP tak mengendurkan serangan.
Dua kali tendangan Yaya Toure melebar dari sasaran, usaha Sergio Aguero yang masih bisa diblok bek lawan jga tendangan mendatar Gael Clichy yang dimentahkan oleh De Gea.
Bukan derbi namanya bila tak ada bumbu di dalamnya, pad 15 menit akhir pertandingan, Nigel de Jong yang masuk menggantikan Carlos Tevez melakukan sebuah pelanggaran yang ‘harus’ dilakukan demi memutus serangan balik dari United.
Sang gelandang bertahan asal Belanda pun diganjar kartu kuning, yang menarik di pinggir lapangan nampak terjadi perseteruan kecil antara Sir Alex Ferguson dan Mancio terkait keputusan wasit tersebut. (Jangan khawatir, mereka tetap bersalaman di akhir laga!)
Tak ada lagi gol yang tercipta hingga peluit Panjang dibunyikan. Ketegangan dan segalanya drama laga derbi berhasil dilewati City.
Tiga poin dan menggeser United di posisi puncak karena keunggulan selisih gol. Sebuah momentum besar yang dirayakan oleh semua pihak.
Legenda City, Mike Summerbee yang turut hadir nampak tersenyum puas, Diego Maradona yang memiliki hubungan dengan Sergio Aguero kala itu pun ikut merayakan, tak perlu juga ditanya bagaiaman gembiranya Noel Gallagher yang hadiri di Etihad.
“Saya lebih memilih untuk bisa mencetak satu gol lagi, tapi pada akhirnya hasilnya baik untuk kami.” Ungkap Mancini saat ditanya apakah ia menikmati pertandingan tersebut.
Pujian ia sematkan pada fans yang hadir.
“Stadion Etihad luar biasa malam ini. Dua tim hebat bermain, tapi kami layak mendapatkan kemenangan, kami membuat lebih banyak pekuang dan bermain lebih baik.”
‘Blue Moon Rising’, Bulan Biru yang terus naik sebelum akhirnya mencapai puncak tertinggi di akhir musim, yang akhirnya berhasil mengangkat trofi utama Liga Primer, salah satu pembuka dari dekade terbaik klub hingga saat ini.